photo banner-ns-300x250.gif

Kamis, 29 Maret 2012

Peluang Bisnis Oriflame

Sebelum orang terjun langsung ke suatu bisnis pasti dia akan melihat terlebih dahulu peluang dari bisnis yang akan dijalankan. Sebelum terjun ke bisnis Oriflame ini saya pertimbangkan kemungkinan dan masalah-masalah yang mungkin mengganjal. Wajar dan memang sebaiknya begitu karena kita ingin berbisnis jika menghasilkan keuntungan. Jujur kemarin-kemarin saya menjalankan bisnis ini belum sepenuhnya fokus tapi sekarang saya bener-bener berjuang melawan pikiran dan rasa MALAS yg melanda biar bisa sukses seperti duo pendiri d'bc Network mb Nadia Meutia dan mb Dini Shanti.
Sering saya mendapati jawaban penolakan semacam ini : “member Oriflame sudah banyak. sudah banyak yg ikut oriflame disekitarku,” saat saya menawarkan kepada kenalan untuk bergabung bersama saya di Oriflame. Mungkin hanya alasan untuk tidak bergabung (orang bilang nolak halus).  Atau bisa jadi memang karena yang bersangkutan khawatir bisnis Oriflame-nya tidak bisa berkembang gara-gara orang-orang di lingkaran dekatnya sudah menjadi member Oriflame. Ini yang membuat saya merenung dan akhirnya mendapatkan pencerahan dari blognya mb Lisdha.
 Ini dia cuplikannya
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pertama,
“Member Oriflame sudah banyak.” Kebetulan dong,..artinya, kita menjual sebuah produk yang sudah diketahui banyak orang. Nggak perlu susah-susah mengenalkan produk dari level nol. Bandingkan jika Anda menjual sebuah produk yang benar-benar baru… Pasti perlu banyak energi untuk menjelaskan product knowledge-nya. Ini juga bukti bahwa produk Oriflame memang berkualitas dan peluang bisnisnya menjanjikan sehingga banyak orang tertarik (meski mungkin kemudian tidak menjalankannya dengan intensif karena berbagai alasan).
Yuk coba bandingkan :
*Rumah makan sudah banyak, tapi banyaaak ya rumah makan baru yang sukses.
*Toko pakaian sudah banyak, tapi banyaaak ya butik baru yang menggaet banyak pelanggan.
*Keripik singkong sudah buanyak, tapi keripik Mak Icih sukses bangeet yak…
——(kesimpulan : selalu ada kesempatan ketika kita mau mengusahakannya).
Kedua,
“Member Oriflame sudah banyak.” (Iya..nggak salah ketik kok..memang ini juga alasan kedua-nya). Emmh…seberapa banyak sih? Sampai Januari 2011, jumlah member Oriflame di Indonesia baru sekitar 200.000 orang. Daaan..dari 200.000 itu nggak semuanya hiperaktif menggunakan keanggotaannya sebagai bisnis (ada kok member yang hanya pengguna produk). Tapi…well katakanlah 200.000 itu semua menjalankan bisnis. Bagi saya, peluangnya tetap besar.
Mengapa?
Karena banyak member yang hanya menjalankan bisnis ala kadarnya. Saya memang tidak tahu data kuantitatifnya. Tapi, hanya dari melihat aktifitas jaringan saya, plus curhat-curhat sesama member, banyak downline yang hanya “numpang daftar” atau “sekedar menjual produk”. Ya itu hak masing-masing ya…sebagai upline, kami bukan boss yang boleh marah-marah atau memaksa karyawan untuk mencapai target. Di Oriflame, antar member memang berjejaring dan saling support, tapi selebihnya ini adalah bisnis masing-masing.
Ketiga,
Member Oriflame sudah banyak (ini juga nggak salah ketik!) dan produk Oriflame mahal. Dua alasan in berkaitan banget. Mahal… itu relatif. Well, baiklah, supaya mengakomodasi “label mahal” ini, Oriflame kita sasarkan untuk konsumen “kelas menengah” – biar sesuai dengan daya beli. Then, lihat yuk berapa persentase kelas menengah Indonesia.
Data Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan, jumlah kelas menengah di Indonesia dalam kurun 10 tahun terakhir melonjak cukup tajam. Dalam laporan berjudul “The Rise of Asia’s Middle Class 2010?, disebutkan, jumlah kelas menengah di Indonesia pada 2009 mencapai sekitar 42,7 persen atau 93 juta jiwa dari total penduduk. Angka ini naik dua kali lipat dibandingkan 1999 dimana jumlah kelompok kelas menengah tercatat 45 juta jiwa atau 25 persen dari jumlah penduduk. Sedangkan, pada 1990 jumlah kelas menengah baru 32 juta jiwa. Data yang dirilis Bank Dunia (BD) malah menunjukkan angka yang lebih tinggi lagi. Tahun 2010 kelas menengah Indonesia mencapai 134 juta jiwa atau 56,5 persen dari jumlah penduduk.
Indonesia menjadi negara dengan persentase pertumbuhan kelas menengah yang tertinggi di kawasan ASEAN, yakni 38 persen. Indonesia berperan kentara dan sangat menentukan karena menyumbang kenaikan kelas menengah terbesar di Asia setelah Cina dan India.
(Sumber tulisan miring DI SINI)
Kelas menengah Indonesia memang masih rentan krisis ekonomi. Tapi kalau pun krisis, masa semua kelas menengah turun level? Nggak kan.. Dan kelas menengah Indonesia adalah pasar yang prospektif (bahkan dibilang konsumtif). Bagi saya pribadi, konsumsi (sejauh tidak terlalu) adalah hal wajar, bahkan harus sebagai penggerak industri (wiih, kok jadi seperti kaum industrialis gini yak hehehe).
Kalau memang bisa mengambil sisi produktif dari sebuah kegiatan konsumsi?
Why NOT??
Sumber : http://lisdhakerjadirumah.com
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 nah sekarang udah nggak ragu lagi gabung dengan Oriflame dunk? Makanya Gabung sekarang Klik banner GABUNG SEKARANG untuk mendaftar menjadi member Oriflame Pendaftaran hanya Rp 49.900,- saja dan dapatkan fasilitas n dukungan dari kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar